Monday, January 15, 2018

Wahai Teman Kos Ku

Saat  ini aku sedang duduk di meja ruang tengah kosan kita, iya kosan yang tidak memasang tulisan "Terima Kos Putri" malahan "Sedia Nasi Uduk Betawi".  Aku menulis ini karena, Ninit, salah satu dari kita, mengirimkan aku Susu Sapi yang berlambang Beruang ditengah derasnya hujan, dengan senyumnya itu, sejenak melupakan ku atas penat beban UAS hari pertama ini. Dengan berkata "Mba Dinda, I Have Something for you" kata-kata itu tidak asing sebenarnya, tetapi sudah lama tidak ku dengar, sejak enam bulan lalu, tepatnya saat kalian berdua meninggalkan ku.  Tidak sejahat itu faktanya, namun di hari itu saya merasa, ya, ditinggalkan.

Ratusan mungkin, atau malah tepatnya ribuan memori berjejal menyusupi ingatanku,
Disaat pertama kita bertemu, betapa bencinya kalian berdua terhadapku.  Karena aku datang tidak memiliki atribut lengkap, bahkan karet rambut pun aku tak punya.  Dengan memasang tampang tidak ikhlas, salah satu dari kalian meminjamkanku karet, entah itu Ninit atau Riri, seingatku Riri.

Setiap aku pulang malam, aku mendengar betapa kalian bergosip tentangku, tetapi hal itu sama sekali tidak berdampak di kehidupanku, aku juga heran atas kemampuan "ketidakpedulianku" atau malah terlalu percaya diri.  Namun, kepahitan itu tidak berlangsung lama, saat itu aku ingat kita memesan nasi goreng bersama, lalu ada anak beaCukai dengan penuh percaya diri aku bertanya "Eh Dek, masih Dinamika ya" Dia menjawab "Iya kak" Dia pikir kita senior.  Sejak saat itu, kita mulai menjalin hubungan sedekat nadi. Iya, sedekat nadi.

Ratusan cerita dan gosip kita bagi, tentang teman-teman mu, teman-teman organdamu, tetapi karena kalian orang baik, maka teman kalian pun sebagian besar menjadi temanku.  Aneh sebenarnya, tapi aku yakin itu karena karena kalian orang baik sehingga kalian jarang sekali menceritakan sisi buruk seseorang, sehingga tidak ada alasan untukku, untuk tidak mau berteman dengan teman kalian.

Aku tidak pernah absen membuka Pintu kamar kalian tanpa permisi, dengan berteriak "Assalamualekummm"
Dan kalian pun begitu, sama persis.  Selalu membuka Pintu Kamar Kosku tanpa permisi.
Sehari tanpa membuka pintu kamar kalian yang bertanda huruf "M D" akan terasa kurang.

   Kepadatan atas jadwal ku kadang membuat kalian murung karena kita tidak bisa makan malam bersama, entah itu Mas Gotot, Mi ayam depan Gereja, Atau sesimple pesan omelet Sobat.  Aku juga bingung tiada habisnya kita membahas hal-hal kehidupan, mulai dari kehebatan dosen kita masing-masing, hingga video clip mantan Awkarin yang disukai Riri.

Semua itu terjadi di meja tengah, iya meja yang sekarang aku buat untuk menulis ini, yang dulunya memiliki jumlah kursi 2 buah, lalu Bapak menambahkan satu buah, hingga sampai sekarang berjumlah tiga.  Agar kita bisa berkumpul disni, bertiga.

Berantaknya barang-barang kita di ruang tengah, walaupun Mbak Uut sudah merapihkannya setiap hari, tetap saja, tidak terlalu berdampak besar.

Obrolan kita sampai malam, yang sebenarnya banyak bahasan yang kita ulang, tetapi tetap menenangkan.  Riri si enthunk yang dulunya memiliki gelar enthunk akibat tidak pernah berganti posisi di kasur, dengan memeluk guling serta menghadap laptop tersayang, dengan bando yang disesakkan di kepalanya, Atau ninid dengan kaus tak berlengannya bercelana merah kotak-kotak dengan boneka nya jeri, jeripih disampingnya sambil bermain handphone, lalu 2 menit kemudian terlelap dengan handphone ditangannya.

Agenda mencuci bersama, agenda mengganggu ku di kala yoga, tidur di kasurku yang teramat sempit untuk menonton film, aneh, kasur ku yang paling kecil tapi kalian suka sekali tidur disini.

Kalian yang selalu membantu mengusung baju berkarung-karung ke store, tanpa mengeluh.  Ninit yang pernah naik truck expedisi hanya karena mengantarkan lagi2 baju store, Riri  enthunk yang selalu available karena dia Enthunk untuk setiap pertolongan, kalian yang tidak pernah lelah (ya mungkin lelah tp yaudahlah ya ) mendengarkan ceritaku tentang Bassa, dan banyak lelaki lainnya

Ini mungkin salah satu yang membuatku tetap enjoy selama 2 tahun berkuliah di Akademi macan, setiap keluhan aku ceritakan, masalah sekecil apapun itu, penting atau tidak penting, selalu aku bahas.  Dan aku pun selalu menunggu cerita kalian, entah sekadar cerita tentang papasan dengan si "itu" tapi anehnya, aku sangat senang mendengarnya.

Terima kasih atas semuanya, aku harap semua rutinitas kita diatas, dan rutinitas-rutinitas lain yang tidak sempat aku tulis tetap kalian lakukan, walaupun tanpa ku, karena kalian tidak patut sedih, aku lah yang patut, karena:

  "Home doesnt feel like home anymore, Tanpa Ninit Riri di dalamnya".

No comments:

Post a Comment