Sunday, May 13, 2018

Teroris Bukan Bola Voli

#KAMITIDAKTAKUT
#TERORISHASNORELIGION

karena saya teramat resah, dan sulit tidur, terbitlah tulisan ini.

Ayah merupakan orang Surabaya, sehingga mayoritas keluarga dari Surabaya, dan ya, #SAYATAKUT. saya sangat takut.  Saya mengkhawatirkan keamanan keluarga saya di Surabaya.  Hidup di sini, di dekat ibukota, saya takut pergi ke tempat publik, yang jelas rawan menjadi incaran.
Sudah tidak perlu dibahas masalah kesedihan yang sulit diungkapkan lewat kata-kata ini, yuk kita kembali berpikir ke akar.

Di zaman mudah terpengaruh dan dipengaruhi seperti sekarang, sangat rawan buat kita generasi yang tidak terlalu suka membaca ini lemah akan basic, baik ilmu agama dan ilmu apapun lainnya.  Di sini mungkin dapat menimbulkan (yang kata Om @_haye_) degradasi kognitif.  Tidak mau berpikir kritis, suka mereduksi substansi karena kurang mudeng, jadi malah suka melenceng dari akar permasalahan berujung tidak menemukan penyelesaian yang baik.

Saat hastag-hastag tersebut di atas keluar, saya agak bingung, lho kok malah begini responsenya.  Oke coba diulik satu-satu

1. #KAMITIDAKTAKUT
Sebentar,  gimana caranya kamu tidak takut?  Jelas-jelas ini sangat menakutkan.  Coba saya orang yang suka jalan kaki misal, trus gasengaja aja lewat gereja pagi-pagi, trus saya jadi korban Bom gitu, oke kalo saya sendiri mati engga papa, kalo cacat fisik terus ngerepotin orang lain seumur hidup saya, gimana? ini masalah serius loh.  Orang mau beribadah bertemu Tuhannya, malah di Bom sama orang yang menganggap melaksanakan tugas dari Tuhan dengan cara membunuh orang lain yang sedang beribadah kepada Tuhan untuk surga yang sudah di booking dari dunia. (buset panjang kan?) Aneh-aneh saja ini, Tuhan malah diruwet-ruwet.
epic ga tuh?
orang beribadah dibunuh oleh orang lain yang sedang beribadah dengan cara membunuh orang tersebut.   fak

Saya setuju kepada pihak-pihak yang melontarkan persampahannya di twitter dengan menganggap bahwa sebenarnya rasa takut dan kesedihan ini malah wajib ada,  jadi kita bisa fokus dengan "gimana cara mereduksi permasalahan" bukan malah petentang-petenteng dengan keberanian yang tidak berdasar.

oke seumpama kamu muslim, kamu tidak takut, terus semenjak ada pengeboman, lalu kamu jalan-jalan atau malahan mengunjungi gereja-gereja di kota-kota besar(daerah rawan)  dengan bilang ke semua orang kamutidaktakut?

terus ketika #kamutidaktakut teroris jadi langsung ga bakal ngebom lagi atau gimana sih?

ya jelas malah kamu harus takut.

Dengan kamu takut kamu jadi aware, kamu jadi ngerti kalo fanatisme terhadap suatu hal itu memabukkan dan tentu tidak baik.  Menimbulkan pola pikir destruktif yang mengakibatkan ketidakharmonisan dalam bermasyarakat.  Sehingga kita bisa ngingetin apabila ada orang yang merasa hal yang dianut adalah yang terbaik, sehingga orang lain yang tidak menganut hal yang sama wajib dibinasakan.  Terdengar konyol, tapi itulah kenyataan yang sungguh mengerikkan yang terjadi.

di buku RemySylado berjudul "Kita Hidup Sekali" mengutip bahwa "Semua manusia sudah berbuat dosa, maka kemuliaan Tuhan telah berkurang atasnya." lagi pula, kata Gusdur, Tuhan tidak perlu dibela kan?


2.  #TERRORISTHASNORELIGION
jadi teroris itu bola voli atau gimana? kok di passing-passing ke segala penjuru?
BUKAN ANJERR TERORIS BUKAN UMAT AGAMA GUEH, DIAH TUGH GA BERAGAMAGGGHH

buat kamu ajaahhh

lalu atheis : LHO ANYINK, W ATHEIST TP NGEBUNUH SEMUT AJA GA BERANI YA APALAGI MANUSIA, KENAPA W DIBAWA-BAWA
AGAMA U YANG JADI KORBAN KENAPA W YANG DI KAMBINGITEMIND?

gini loh temen-temen, masalahnya bukan perkara siapa agama siapa.
Dengan bilang terorist itu bukan muslim sama sekali tidak menyelesaikan masalah.  Memangnya terrorist, ketika kalian umat muslim ga ngakuin kalo terrorist itu beragama islam, trus mereka sedih gitu? terus gabakal ngebom lagi karena umat islam ga menganggap mereka islam.  BIG NO

concernya bukan disitu.

kita semua sangat memahami kalo agama disini hanya sebagai kambing hitam, hanya sebagai perantara untuk kejahatan keji, Lagi-lagi ini salah siapa?  SALAH KITA SEMUA. kita korban sekaligus sang penanggung hasil dari kebodohan itu.  Karena kita bodoh, kita jadi ga aware.  Kita ga ngerti kalo pergerakan-pergerakan mencurigakan itu ada.  Kita ga ngerti kalo ADA perasaan sekelompok/oknum yang merasa CUMA UMAT MEREKALAH menjadi umat terbenar dan terpantas nangkring di surga.  Merekalah yang harus kita basmi pergerakkannya.  Dengan cara aware, curiga, skeptis, dan kritis, kita bisa bersatu.  Kita bisa menangkap, sebelum korban-korbanberjatuhan,  Bukan malah setelah ada korban, baru sadar, terus bikin hesteg yang nirfaedah menurut saya.

seperti apabila terdapat broadcast-broadcast yang terdapat substansi-substansi memecah belah, harus dicurigai, ditanya, diajak berdialektika, dan diingatkan bahwa bhinneka tunggal ika itu belum mati.  Kita di sini mencintai sesama, berteman, bergaul dengan sesama tanpa membeda-bedakan apapun.  Semua nya tinggal di Ibu Pertiwi, merawat Ibu Pertiwi, bukan malah bunuh-bunuhan atas masalah yang tidak berdasar.

bukan berarti menjadi manusia yang sedikit-sedikit bafer(bawa ferasaan, dan juga bafering karena loding lambadds)  seperti menyalahkan media karena menggunakan kata "cadar"

lho memangnya harus pake bahasa apa? busana yang longgar menutup sekujur tubuh kecuali muka? begitu?
lucu-lucu saja.

3.Orang yang bodo amat
ini lebih berbahaya, orang yang tidak peduli sama sekali, misal, karena dia memang sesimple tidak peduli, atau ingin antimainstream,  Ya  dengan kamu memilih jalur abu-abu, kamu tidak akan kemana-mana selain menjadi useless.  Bukan berarti kamu happy dengan bubble kamu trus kamu berkontribusi gitu terhadap penghematan listrik  karena kamu ga bikin igstory/ngetweet sehingga hemat batrai handphone, atau lebih merawat lingkungan karena kamu ga bakar lilin tanda bela sungkawa.
Dengan tidak peduli, asal mulanya, bentuk dukungan kita terhadap terrorist.


Lagipula, itulah risiko umat beragama, mengerti ayat-ayat Tuhan tidak mungkin hanya ada satu tafsiran, ya balik lagi gimana cara kita mengambil tafsiran-tafsiran yang konstruktif sehingga agama dapat menjadi alat terindah sebagai pemersatu, bukan malah sebagai alat pembunuh dan peneror yang keji.

Ayo fokus, ayo berfikir, dengan aware terhadap sesama, aku yakin, pasti ada solusi yang tersimple dengan dilakukan bersama, bisa mencegah kekejian atas kemanusiaan.


Salam kurang tidur.

Yuval Noah Harari dalam buku Sapiens pernah mengatakan bahwa "Agama merupakan pemersatu terbesar sekaligus penghancur tersesar atas manusia"

jangan lupa makan indomie.

No comments:

Post a Comment