Wednesday, March 21, 2018

Kenapa sih Lu Vegan? Biar Kurus?





Saya mulai tidak memakan daging sejak Agustus awal 2017.

Sejujurnya, saya benci mengakui bahwa saya VEGAN, karena saya merupakan makhluk penyembah stereotip sosial, sehingga kata "vegan" atau "vegetarian" adalah layaknya kumpulan makhluk-makhluk hasil dari pencucian otak, mungkin hampir sama dengan kaum flat earth atau kaum yang percaya bahwa like dan Comen angka "1" di sebuah gambar dapat menyurutkan air di sungai yang mengandung mbak-mbak lagi mandi.  Seriously, saya malah cenderung tidak suka sok-sok SJW(Social Justice Warrior), saya lebih nyaman dikatain sebagai "alergi daging" lebih enak didenger.


sebelum saya ngomong panjang kali lebar, saya kasih borderline dulu, supaya ini tulisan  bacod an tidak tercecer kemana-mana,
1. Saya memutuskan tidak makan daging bukan karena ingin kurus.
banyak sebenernya dari penjelasan science pertanyaan ini, tapi daripada panjang lebar kalau ada temen yang nyeletuk "Lu vegan, tp kok tetep gendut"  saya simply jawab "ya sapi makan rumput seumur hidup juga gemuk sejahtera" jadi sebelum komen mending mikir-mikir dulu, biar kamu tidak terlihat "cetek" secara pola pikir.  Ini berlaku pada apapun, mikir first, kalo buntu, googling, kalo buntu baru tanya. ok?

karena so far pertanyaan tercerdas itu diraih oleh "Din, lu bunuh kecoak ga?"
sempet mikir sebentar jawabannya, jawabannya iya kalo dia ngencingin saya, kalo ndak ya biasa saja, say hi, mandi bareng kecoak sering.  toh bermanfaat buat siklus nitrogen poopnya

2.  Saya vegan bukan karena saya ingin sehat dan umur panjang.
gimana umur panjang wong saya malah ingin daftar jadi panitia percepatan hari kiamat hehehe...  makanan saya tetap gorengan kok guys, ga langsung yang ekstrem, goreng tahu pake minyak zaytun, coconut oil, trus minumnya coldpress juice, big nope.  saya suka hal-hal toxic kaya mba kata britney spears "your toxic i'm slipping under".  Saya masih suka makan maicih dan boncabe.  Indomie goreng juga, pake nasi lagi.
Jadi jangan ceramahi saya perkara calcium/protein deficiency, cuz i truly don't care
3. Saya vegan bukan ingin dinikahi lelaki budiman pecinta hewan dan lingkungan seperti mas nikolas saputra




Saya bukan tipe orang yang tidak siap menghadapi kiamat hanya karena belum kawin.  Tapi kalo jodoh saya mas nikolas, oke saya resign dari panitia percepatan hari kiyamad


4. Ini bukan pendapat keagamaan.
Tolong jangan campur adukkan tulisan ini dengan kepercayaan agama tentang keharusan makan daging, karena sungguh saya tidak peduli hehehe, maaf sulit penjelasannya :(  Kalo mau tahu sudut pandang agama silakan lihat di kitab suci masing-masing, "karena kamu suchi aku penuh doshah"-Awkarin 2017

ada link penjelasan yang mengandung agama sih nih my-religion-allows-eating-meat

paham dari sini kan?

THE MAIN REASON

Alasan utama hanya sekadar saya terlalu kekeuh untuk memasukan segala jenis hewan dalam satu kotak.  Dan cenderung menganggap saya juga hewan.  iya saya memang se-weird itu.
Jadi, menurut saya kucing sama babi sama-sama gaenak dimakan.  Mungkin ada komentar "LAH LU TO*LoL si, kan kucing hewan peliharaan, babi hewan ternak"  Nope.  Saya tetap tidak bisa memasukkan logika itu.  Saya tidak bisa mengklasifikasikan mana hewan yang pantas untuk tinggal dirumah (diperlakukan seperti big bos, inces) dan mana hewan yang cocok untuk digoreng lalu dicocol dengan sambel,saus,pasta,maupun diguyur coklat.

Sesimple itu, saya ga tega lihat kucing disembelih, dan seluruh hewan lainnya.  Saya ingin pelihara babi dirumah, saya rasa babi itu makhluk lucu dan berwibawa, coba lihat di buku Animal Farm dari Pak George Orwell.  Babi juga hewan murah senyum.



oke balik lagi,
jadi sesimple itu.  Jangan kalian semua muluk-muluk kasian sama saya karena protein dan kalsium saaya kurang, silakan coba googling, singkatnya protein terbesar malah terkandung dalam protein nabati
vegans-cannot-get-enough-protein

AWAL MULA MAKAN RERUMPUTAN

awal mulanya sih, 2011, saya jadi panitia pembagian daging Idul Adha pas SMP, di situ lihat sapi disembelih, dan mereka nangis.




 Sejak itu saya tidak terlalu suka memakan daging sapi, seperti steak dll.  Dan selama saya hidup, setiap makan unggas saya memang selalu gatal-gatal, bruntusan, sampai keluar air.  Memang genetic dari ayah saya, beliau sepanjang hidup mayoritas makan tahu doang.  ya alergi tersebut nampak menjijikkan,  tapi ya gimana, siapa yang gasuka ayam?????????????

Lalu 2016 Saya nonton konser Morrissey, di penutup konsernya dia nayangin video documentary earthlings, sambil dia nyanyi lagu Meat Is Murder.  Saya nangis waktu itu, ntah sedang sentimental, apa memang hati saya mengandung HelloKity walau muka saya preman pasar.  pernah salah satu temen saya tayangin eartlings malah mouth watery dia-______-

Dari situ, saya sudah tidak makan daging sapi dalam bentuk apapun, walau sepatu saya kulit, lagi-lagi saya miskin, saya blm punya duid buat ganti sepatu sesuai selera dan kebutuhan saya.  Tapi saat itu masih makan ayam.

suatu malam, saya nonton video earthling lagi, besoknya saya niat menjadi vegan yey
tapi di hari pertama saya nangis pas lewat tempat nasi bebek favorit saya, dan merasa pedih lihat lukisan pecel lele dengan kearifan lokallnya


WOOOOOW SAYAA TIDAK MAKAN ITU LAGI

Ya begitulah
sampai sekarang saya tetap merindukan opor, rendang, rica-rica , tapi syukurlah sekarang banyak restoran vegan yang menyediakan makanan-makanan dengan daging palsu(jamur,tofu.tempe).
bukan dagingnya yang bikin sulit,tapi lebih ke bumbu-bumbunya yang bikin kangen woy:((
saya yakin kalo saya hidup di luar negeri akan memudahkan ini semua, saya basically tidak suka makanan2 western-western seperti hotdog, pork, burgers.  Tapi kalo Soto dan Sate ayam????????hmmmmmmmmmmm too sweet too forget

Pernah suatu ketika saking kangennya saya beli soto tanpa ayam(kuah+nasi), usai makan, sang pedagang mencelupkan ayam mati, berwarna putih ke kuali,  pulang-pulang saya mual-muntah :((

EFEK SOSYIAL
saya jadi sering bertengkar dengan kekasih hati~ hehe, karena ya begitu, berdebat mau makan di mana.  Sungguh, pacaran beda makanan lebih sulit daripada beda agama.  Beda agama sulitnya pas mau nikah aja, beda makanan? Setiap hari woy :(

karena food is happines, bayangin saya jadi mengurangi puluhan agenda makan ke tempat-tempat seperdagingan dengan teman-teman saya :(
harus tahan melihat kekecewaan teman-teman pas bilang "oiya gabisa makan di sini ya, Dinda gabisa makan"
cukup berat itu chuy melihat paras-paras itu :")

Seringkali melihat muka-muka ibu-ibu warteg, mungkin ditambah paras saya dekil,mereka mengira saya di ambang batas kemiskinan.  seringkali boleh ngutang kalo bawa duit gede :(

tapi lagi-lagi itu pilihan, saya menulis bacod an ini bukan berarti merasa diri saya lebih baik, ngga sama sekali dari sisi apapun. tapi lagi-lagi life is a choice.
daripada memperdebatkan kenapa saya tidak mau makan daging, dan mencoba meyakinkan saya bahwa daging itu enak.. ((iya aku sudah tau itu enak )) mending nonton video peluncuran flying car-ElonMusk sambil meratapi masa-masa hidup yang telah klen lewati :") atau lagu Demi Masa by Raihan kesukaanku, untuk berkontemplasi dan menerapkan stoicism biar seperti para filsuf.  Atau bayangin gimana rasanya punya ibu seorang astronot



bikos apapun itu, cuma makanan.  Tolong hargai ke alergian saya ini.  Peace love and gaul, apapun makannanya yang penting follow Hotman Paris sugar daddy my luv.



Sekian, samlekum.

Bonus jokes2 vegan













Sunday, March 11, 2018

Pendapat Singkat Tentang Sekala Niskala

I will recommend this movie to everyone,
But.. This movie isn't for everyone..
You choose..


5 jam yang lalu saya mulai menonton film ini, tepatnya pukul 13:55 di CGV Depok.  Sudah tertebak, kursi yang terisi sekadar kurang lebih 20 orang, beberapa mungkin berasal dari Bali, karena saat beberapa lagu dinyanyikan, segelintir orang ikut bersenandung pelan.

Saya kira dari 20 orang tersebut terdapapat setidaknya sepasang muda-mudi yang ingin mesum karena nampak sangat melompong penonton yang hadir,  dugaan saya salah.
Toh, kalau memang ada yang berniat seperti itu, mereka merupakan muda-mudi sial hari ini, karena film ini sangat sunyi, bahkan suara menelan ludah saja terdengar.

Sebelumya, background saya adalah  orang yang jarang ke bioskop karena bukan marvell mania. Suka nonton karena iseng saja, seperti kemarin nonton Dilan, biar bisa memahami meme yang beredar..  bukan karena pengen banget.
Sekali nonton marvell selalu ketiduran, kecuali Black Phanter, bcs Michael B. Jordan is too hot to ignore.   Anehnya, film sesunyi SekalaNiskala ini tidak membuat saya mengantuk, bahkan menguap satu kali pun tidak.

Mbak Kamila Andini sangat berhasil menyeret saya keluar bioskop, lalu secara mistis meletakkan saya ke Bali.  Latar tempat, suasana, aktor, sangat berpadu dengan indah.   Film ini menceritakan sepasang saudara kembar bernama Tantri-Tantra yang memiliki ikatan emosional yang kuat.  Terdapat adegan sang perawat (Happy Salma) menjelaskan bahwa Kembar Buncing (Lelaki-perempuan) memiliki arti keseimbangan, bahwa Tantri dan Tantra saling menyeimbangkan.  Namun, berdasarkan mitos dari beberapa sumber, apabila kembar lelaki-perempuan memiliki nilai mistis tersendiri, jika tidak dilaksanakan sebuah upacara(Sekala), maka salah satu dari mereka akan kalah (meninggal).  Film ini tentang penggambaran atas respon terhadap kematian Tantra, yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam diri Tantri.  Sangat sulit menuangkan perasaan terpukau yang saya rasakan dalam kata-kata.

Beberapa scene sangat melekat di benak saya, film ini mengajak kita berfikir, bukan tipikal film yang disajikan dalam bentuk sudah dikunyah, lalu kita langsung dapat menelan intisarinya.  Kita benar-benar harus menyuap film ini perlahan, mengunyah, merasakan setiap manis, pedas, pahit, menelan lalu mencerna.  Sehingga setiap orang memiliki efek yang berbeda dalam merasakan film ini.

Sepanjang film, terhitung saya menangis 4 kali.  seluruh adegan memiliki arti, setiap nyanyian merasuk, merobek jiwa perlahan-lahan, menyayat dengan indah.  Kadang kita lupa bahwa ini merupakan sekadar film, karena nampak teramat nyata.  Kekuatan magis Bali sangat indah, kita akan sulit menemukan film-film yang berasal dari non-Asia memiliki efek semagis ini.

Diujung film, tidak ada orang yang beranjak, semua orang tertegun, ada penonton kira-kira anak berumur 7 tahun berkomentar, "Hah? begini saja film nya?",  mungkin Ia merasa kurang, merasa ingin lebih, karena kita telah melekat dengan kedalaman jiwa Tantri, dan tak ingin lepas.  Namun, dengan Rp50.000 yang saya keluarkan, Mbak Kamila Andini telah berhasil melobangi hati saya, hingga detik ini.


Saya lampirkan link review yang lebih berkompeten perihal Niskala Sekala

Review yang mengandung Spoiler

review dalam bentuk video

review yang menyatakan nilai "9/10"






"Your intellect may be confused, but your emotions will never lie to you."-RogerEbert